Hj Yetti Oktarina Prana dikukuhkan Sebagai Duta Cegah Stunting
LUBUKLINGGAU-Hj Yetti Oktarina Prana dikukuhkan sebagai Duta Cegah Stunting oleh Wakil Wali Kota, H Sulaiman Kohar di Oproom Moneng Sepati Komplek Perkantoran Pemkot Lubuklinggau, Jalan Garuda Kelurahan Kayu Ara Kecamatan Lubuklinggau Barat I, Selasa (29/10/2019).
Pengukuhan Duta Cegah Stunting ini sesuai dengan Surat Keputusan Walikota Nomor 374/KPTS/KES/2019 memiliki empat tugas yakni mensosialisasikan prioritas pembangunan nasional terkait upaya percepatan penurunan dan pencegahan stunting di Kota Lubuklinggau, mendukung pelaksanaan kebijakan daerah dalam upaya percepatan dan pencegahan stunting di wilayah Kota Lubuklinggau. Selain itu ikut terlibat dengan perangkat daerah Kota Lubuklinggau dalam melaksanakan konvergensi integrasi dalam upaya pencegahan penanggulangan stunting dan mendorong pemberdayaan masyarakat melalui TP PKK se- Kota Lubuklinggau dalam melaksanakan intervensi stunting dengan memaksimalkan posyandu untuk penguatan 1000 hari pertama kehidupan di masyarakat.
âUntuk Pemerintah Kota Lubuklinggau sudah memaksimalkan program di bidang kesehatan, sesuai dengan visi dan misi yang tengah dijalankan. Bekerjasama dengan TP PKK dan juga Dinas Kesehatan serta pelayanan kesehatan paling bawah, kita optimis bisa menjalankan program ini,â kata Wawako.
Hj Yetti Oktarina Prana dalam kesempatan itu mengungkapkan pencegahan stunting ini dimulai dari 1000 hari pertama, khususnya untuk anak-anak perempuan. Pencegahan Stunting juga disebabkan oleh gizi yang baik, mulai dari masa kehamilan sampai dengan tumbuh kembang anak.
Menurut istri Wali Kota ini, stunting bukan hanya terjadi pada keluarga tidak mampu, tetapi kebanyakan dari kelompok menengah.
âBiasanya, dimasa anak-anak sudah diracuni dengan berbagai jajanan yang instan sehingga anak-anak kurang asupan protein. Anak-anak yang kurang mampu malah tidak diberi jajanan oleh orang tuanya, maka mereka mengkonsumsi nasi, jagung dan sesekali telur. Malah itu lebih sehat. Maka dari itu saya berani mengatakan bahwa stunting juga berasal dari pola makan yang salah,â terangnya.
Ia juga berkomitmen akan melaksanakan gerakan yang kreatif dan inovatif dalam upaya pencegahan stunting khususnya di Kota Lubuklinggau. Mulai dari para ibu yang harus menjaga diri dan keluarganya untuk membenahi pola makan yang sehat.
Sementara, Kadinkes, Cikwi menerangkan, Stunting bukan hanya mengancam tumbuh kembang fisik anak tetapi juga mengganggu perkembangan otaknya. Biasanya secara fisik tinggi anak tidak sama dengan rata-rata tinggi normal anak.
â7,3 juta anak di Indonesia mengalami stunting. Di Sumsel sebanyak 32 persen anak mengalami stunting. Sayangnya banyak orang tua yang mengalami ini menganggap anaknya kerdil sebagai faktor keturunan,â paparnya.