LUBUKLINGGAU-Kasus penularan penyakit malaria di Kota Lubuklinggau terus mengalami penurunan selama empat tahun terakhir. Hal ini sesuai dengan program Eliminasi Malaria di Tahun 2020 mendatang. Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Lubuklinggau, kasus positif malaria tertinggi terjadi di tahun 2016 sebanyak 222.
Penurunan mulai terjadi di tahun 2017 sebanyak 27 kasus dan kembali menurun di tahun 2018 dengan 18 kasus. Hingga bulan Agustus, di tahun 2019 ini baru terdata dua kasus positif malaria.
Menurut Kabid P2P Dinkes Kota Lubuklinggau, dr Jeanita Sri A Purba, sebagai kota tujuan wisata, Kota Lubuklinggau harus bebas malaria. "Sesuai dengan rencana Pak Wali (Wali Kota Lubuklinggau, red), akan ada program Ayo Ngelong 2-2-2022. Ini salah satu dukungan Dinkes untuk kelancaran program itu," ungkapnya dalam Pertemuan Monitoring dan Evaluasi Malaria Provinsi Sumsel di Hotel Dewinda, Senin (19/08/2019).
Dijelaskannya, malaria merupakan infeksi akibat parasit yang menyerang sel darah merah manusia dan disebarkan oleh nyamuk Anopheles betina. Nyamuk ini mulai menggigit pada pukul 18.00 hingga pagi dan hidup di air yang tidak mengalir.
"Kasus di Lubuklinggau ini sudah di bawah yang ditetapkan. Namun, harus diwaspadai karena Lubuklinggau berbatasan dengan wilayah Mura dan Rejang Lebong yang statusnya masih endemis malaria, jadi rentan terkena kasus impor," jelasnya.
Acara pertemuan monev yang diikuti 46 peserta dari seluruh Sumsel ini digelar pada 18-21 Agustus. Selain kegiatan di dalam ruangan, para peserta juga akan diajak mengelilingi Kota Lubuklinggau.
Wakil Wali Kota Lubuklinggau, H Sulaiman Kohar yang membuka secara resmi kegiatan tersebut berharap dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya malaria terus meningkat dan dilakukan melalui aksi kegiatan penemuan secara aktif dan masif, sekaligus mendorong pasien malaria untuk berobat hingga sembuh.
"Target eliminasi malaria di Sumsel di tahun 2020. Untuk mencapai hal tersebut berbagai upaya telah dilakukan untuk pengendalian malaria, mulai dari penemuan kasus, pemeriksaan laboratorium, pengobatan, dan pengendalian vektor," katanya.
Hadir dalam kegiatan tersebut Kasi P2PM Dinkes Sumsel, H Muyono, PPO GF Malaria Dinkes Sumsel, Linda Pasaribu, Kepala Dinkes Lubuklinggau, Cikwi, serta narasumber dari Kementerian Kesehatan dr Aneke Kapoh.